Prakata

       Gedangan, kampung halaman yang penuh dengan kenangan. Sudah sekian lama tempat itu kita tinggalkan untuk ngluru kehidupan yang lebih mapan. Atau bahasa kerennya meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.

       Manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dimana manusia harus berkomunikasi dengan manusia yang lain. 

       Pada edisi perdana ini redaksi mencoba untuk menampilkan seluk beluk Gedangan dari berbagai sisi pandang. Dengan harapan bisa dijadikan sebagai wahana dan media komunikasi atau silaturahmi antar warga Gedangan baik yang merantau maupun yang masih menetap di kampung halaman.

        Oleh karena itu redaksi mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca demi kelangsungan edisi berikutnya. Baik berita, sejarah, ucapan-ucapan selamat atau ungkapan-ungkapan yang ingin disampaikan kepada saudara-saudara yang lain.

         Akhirnya redaksi mohon doa restu dari semua pihak. Para pini sepuh, kadang wredha tomo , para ulama, tamtama dan lain-lainnya yang mau peduli terhadap Gedangan. 
Terima kasih


Kerukunan Keluarga Gedangan

Sugeng Rawuh para tamu, Maturnuwun sampun kersa sambang wonten ing Blog punika. Mugi-mugi sedaya warga Gedangan ingkang wonten ing paran ugi ingkang wonten ing kampung halaman tansah pinaringan kasarasan, berkah lan hidayah saking ngarsanipun Gusti ingkang murbeng dumadi.

Monggo tansah sak yek saeko proyo, nyawiji manunggaling roso lan karso kangge kamulyaning gesang  wonten ing madyaning bebrayan agung.

Salam taklim

Yoen

Sabtu, 21 Maret 2009

Sugeng Riadi

Sugeng Riadi

        Putra Gedangan asli yang beralamat di Jalan Sabar No.1/30 Petukangan Selatan ini sangat responsif terhadap Gedangan. Saat ini beliau yang bernama lengkap AY Sugeng Riadi ini sebagai sesepuh dan penasehat Kerukunan Keluarga Gedangan dan Koperasi Arisan Gedangan. 

           Bagaimana beliau menanggapi tentang kampung halaman dan Cing Cing Nggoling ?

Berikut kutipan wawancara Buletin Gedangan dengan Drs. AY. Sugeng Riadi.

BG : Sugeng Sonten, eh selamat sore ?
SR : Yo..yo aku ngerti. Pancen sugeng karo selamat kuwi ora ana bedane. Gumantung bagaimana penerapan bahasanya.
BG : Katanya bapak habis pulang kampung ? bagaimana situasi dan kondisi di sana?
SR : Keadaan kampung baik-baik saja. Cuma para pini sepuh sudah banyak yang kepundhut.  

BG : Lantas ?

SR : Ya.. kita sebagai penerus harus bisa berbuat sesuatu atau karya nyata, setidaknya urun rembug. Sukur sukur bisa yang lainnya yang bermanfaat dan bisa dinikmati bersama.  

BG : Bisa diberikan contohnya?  

SR : Tidak usah jauh-jauh. Kerukunan dan kebersamaan warga Gedangan dmanapun berada bisa dijadikan modalnya. Dengan kegotongroyongan misalnya. Ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Sebagai contoh kekompakan warga Kampung Asem, Inpres, Batas, Pondok Gede Halim, Cibitung Bekasi, Ceger, Ciputat, dll, apabila salah satu warga ada yang hajatan atau keperluan lain, semua sengkut byuk nyengkuyung saling membantu.
BG : Katanya mau Cinggolingan?

SR : Lha..ini, waktu pulang kampung kemarin, aku bertemu dengan beberapa tokoh Gedangan seperti pak dhe Sudar (Sudarmaji) mas Prayogo dll, menanyakan soal Cing-cinggoling. Hari H nya Kemis Kliwon tanggal 31 Juli 2008, taksampekan maksud dari beberapa pembicaraan yang pernah dilakukan oleh warga Jakarta yang pingin pulang kampung, pada dasarnya beliau-beliau sangat menyambut positif atas ide itu.

BG : Apa yang akan dilakukan sebelum dan sesudah Cinggolingan oleh warga KKG Jakarta ? 

SR : Ya itu harus kita pikirkan bersama, termasuk kamu ! (lha dalah…)
BG : Kami mohon saran dan petunjuk, untuk kami informasikan kepada warga! 
SR : Pengalaman Cinggolingan tahun lalu, bahwa fasilatas yang digunakan saat upacara kurang memadahi, jadi perlu adanya penyempurnaan.
BG : Maksudnya ? 
SR : Seperti eyup-eyup (maksudnya tenda.red), sound system. Juga perlu perbaikan tanggul atau pemugaran Gapura masuk yang dulu diprakarsai oleh swargi Bapak Mardiyo ?
BG : Dananya ? 

SR : Ya tentunya kita sebagai putra-putra Gedangan sebagai pewaris budaya berusaha semampunya untuk memikul bersama-sama. Sehingga terwujud karya yang nyata.

      Demikian sekelumit wawancara Buletin Gedangan dengan pembina KKG awal Juli 2008. Semoga harapannya tercapai. (my)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar