Prakata

       Gedangan, kampung halaman yang penuh dengan kenangan. Sudah sekian lama tempat itu kita tinggalkan untuk ngluru kehidupan yang lebih mapan. Atau bahasa kerennya meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi.

       Manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dimana manusia harus berkomunikasi dengan manusia yang lain. 

       Pada edisi perdana ini redaksi mencoba untuk menampilkan seluk beluk Gedangan dari berbagai sisi pandang. Dengan harapan bisa dijadikan sebagai wahana dan media komunikasi atau silaturahmi antar warga Gedangan baik yang merantau maupun yang masih menetap di kampung halaman.

        Oleh karena itu redaksi mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca demi kelangsungan edisi berikutnya. Baik berita, sejarah, ucapan-ucapan selamat atau ungkapan-ungkapan yang ingin disampaikan kepada saudara-saudara yang lain.

         Akhirnya redaksi mohon doa restu dari semua pihak. Para pini sepuh, kadang wredha tomo , para ulama, tamtama dan lain-lainnya yang mau peduli terhadap Gedangan. 
Terima kasih


Kerukunan Keluarga Gedangan

Sugeng Rawuh para tamu, Maturnuwun sampun kersa sambang wonten ing Blog punika. Mugi-mugi sedaya warga Gedangan ingkang wonten ing paran ugi ingkang wonten ing kampung halaman tansah pinaringan kasarasan, berkah lan hidayah saking ngarsanipun Gusti ingkang murbeng dumadi.

Monggo tansah sak yek saeko proyo, nyawiji manunggaling roso lan karso kangge kamulyaning gesang  wonten ing madyaning bebrayan agung.

Salam taklim

Yoen

Senin, 16 Maret 2009

Rel Spoor

Nggone Yuswandi

Rel Spoor

Sinten numpak sepuur
bayare karoteng
Wong niki sepur dhuuur 
Kula trimah mbonceng

Mbonceng mbeten kena 
Konangan kondhektur
Sampean didhendha
Napa mbeten kojur

          Lagu kanak-kanak di atas sering kita nyanyikan atau terdengar di telinga kita di era tahun 70-an. Lagu itu hampir terlupakan, karena lagu masa kanak-kanak kini tergantikan oleh lagu-lagu yang berbahasa Indonesia.

          Lagu numpak sepur biarlah berlalu. Tapi pernahkah kita terlintas akan bergelut dengan yang namanya si Hitam Kereta Api ini? Sebab biasanya seorang anak jika ditanya, “Apa cita-citamu?” jawabnya : “Jadi Pilot, jadi Dokter, jadi Guru, dll !” 

           Tidak juga bagi seorang Yuswandi putra asli Gedangan I, yang sudah lama menjadi salah satu pengawas pembangunan dan perawatan Rel Kereta Api. Jadi apabila kita, saudara kita pulang kampung dan naik kereta api, maka kita telah menggunakan jasa dari saudara kita       Yuswandi ini.

Berikut kutipan wawancara Buletin Gedangan dengan Yuswandi.

Buletin Gedangan : Sejak kapan anda bekerja di PJKA?
Yus : Bukan PJKA wis ganti PT.KAI, pastinya saya lupa tapi kalau tidak salah pada tahun 1991

BG : Masih ingatkah anda dengan lagu numpak sepur mbayar karoteng ?
Yus : Seingat saya ibu Sulasimah (Guru SD Sokoliman II) mengajarkan lagu naik kereta api tut..tut..tut..! numpak sepur karoteng jan babar blass nggak mudheng.

BG : Pernahkah anda bercita-cita bekerja di PT.KAI? 
Yus : Ha..ha…, gimana ya? Kaya’nya enggak tuh! Apa ya…? Yaah… pokoknya kita meninggalkan kampung halaman untuk mencari penghidupan di Jakarta dan kebetulan diberi kesempatan untuk bekerja di PT. KAI itu saja.

BG : Bidang apa saja yang anda Kerjakan?
Yus : Salah satunya ikut sebagai pengawas pembangunan Rel Kereta Diesel dari Stasiun Serang, Cilegon, Karawang, hingga Jember- Surabaya. Juga KRL dalam kota Jakarta - Bogor, Rangkasbitung dll.

BG : Ada lainnya?
Yus : Perbaikan dan pemeriksaan bantalan rel, track lintasan, pintu perlintasan, batu alas, dll.

BG : Pengalaman atau kesan-kesan selama bergelut dengan rel kereta ? 
Yus : Kalau itu ditulis akan sepanjang rel Anyer Panarukan, tapi ada beberapa yang tak terlupakan. Seperti saat baru-barunya ikut kontraktor rel, dengan uang makan yang minim, tapi harus kerja maksimal. Pokoke loro lopo bangeeet, kerja lembur kurang tidur. Rasane isin kalo-kalo ketemu warga Gedangan.

BG : Sekarang masih ? 
Yus : Alhamdulillah tidak. Semoga pengalaman itu tidak dialami oleh generasi penerus kita.

BG : Ngomong-omong soal Gedangan, apakah mungkin transportasi KA sampai di Gedangan, atau Gunungkidul ? 
Yus : Nek Bandung Bondowoso masih ada yo bisa. Soalnya topografi/daratan Gunungkidul tidak memungkinkan. Karena Rel kereta api sudut tanjakannya kecil. Lha nek lewat Gunung adanya Cuma di DUFAN…ha…ha…

BG : Terima kasih atas waktu dan informasinya. Apakah ada pesan-pesan untuk warga Gedangan? 
Yus : Yah.. sebagai bagian dari wong Gedangan, saya hanya mengajak tetaplah bersatu dalam kerukunan dan ojo nglalekke kampung halaman, dan ojo dumeh !!

Saat ini Yuswandi tinggal di kawasan TBC ?( Tambun Bekasi Cibitung ) (my)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar